BeritaPolitik

Loyalis Anas Urbaningrum Sebut SBY Adalah Guru Kudeta dan KLB

06/03/2021, 20:21 WIB
Last Updated 2021-03-15T16:02:40Z
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

JAKARTA - Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara.

Presidium Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Sri Mulyono meyebut yang dilakukan Moeldoko juga pernah dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menggulingkan Anas Urbaningrum dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat pada 2013 silam.

“Pak SBY lah guru ilegal di dalam Demokrat. Guru arogansi Demokrat dan guru KLB. Guru kudeta,” ujar Sri Mulyono dalam diskusi virtual di Jakarta, Sabtu (6/3).

Sri membeberkan bukti-bukti SBY melakukan kudeta terhadap Anas Urbaningrum. Pertama SBY menggelar rapat pimpinan nasional (Rapimnas) di Cikeas, Jawa Barat tanpa melibatkan Anas Urbaningrum yang kala itu masih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

“Ini usaha-usaha untuk menggulingkan Anas jelas terbaca dan telanjang. Ini kan ilegal,” katanya.

Setelah itu, Sri menyebut, SBY juga tidak melibatkan Anas Urbaningrum terkait acara yang digelar Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat (FKP-DPP) di Hotel Sahid, Jakarta kala itu.

“Anas tidak diundang dan tidak diberi tahu. Ini kan juga ilegal,” tegas loyalis Anas Urbaningrum ini.

Setelah itu, SBY menggelar pernyataan pers para 4 Februari 2013 dari Jeddah, Arab Saudi dengan meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan status hukum terhadap Anas Urbaningrum yang terlibat di kasus korupsi proyek Hambalang.

“Ini enggak benar. Ini juga arogan dengan mingintervensi hukum,” ungkapnya.

Setelah itu pada 8 Februari 2013, SBY resmi mengambil alih kursi Ketua Umum Partai Demokrat dari Anas Urbaningrum. Pengambil alihan ini tanpa proses kontitusi partai dengan merujuk pada AD/ART Partai Demokrat.

“Ini juga ilegal dan arogan. Inilah benang merah yang mengacu kepada KLB,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng menyebut apa yang disampaikan oleh Sri Mulyono jelas memutarbalikkan fakta yang sesungguhkan terjadi.

“Jelas-jelas saudara Anas digantikan itu persoalan hukum,” katanya.

Andi mengatakan, kala itu Anas menyatakan berhenti dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat karena tersangkut kasus korupi. Dengan harus segera ada tindakan, maka SBY yang kala itu menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi melakukan penyelamatan Partai Demokrat.

“(SBY) Ini melakukan penyelamatan terhadap partai. Ini yang harus dilakukan. Lalu kemudian SBY menunjuk Syarief Hasan sebagai ketua harian,” tegasnya.

TrendingMore